Sudah Tertinggal Tersesat Pula
Karya: Berliana Putri Apriliani
Hari mulai gelap, Ficky dan dua teman lainnya yaitu, Gilang dan Handi yang sudah kelelahan. Mereka duduk di sebuah batu. Mereka hanya diam dengan nafasnya yang tak beraturan. “Ini semua gara-gara kau Gilang,” tuduh Handi. “Kenapa harus aku ?” tanya Gilang. “Tentu saja, saat kita berpisah dari rombongan kamu yang ngotot lewat jalan ini,” jawab Handi. “Kenapa cuma aku yang kau salahkan ?” tanya Gilang. Ficky pun menyetujuinya ”Itu karena kau telah membohonginya! Kau bilang kau melihat rombongan kita!”. Mereka masih beradu mulut saling menyalahkan. Bentak Ficky ”Hey kalian berdua, daripada kalian ribut, fikiran donk kita nantitidur dimana, di tempat apa, kalau lapar makan apa ?”. “BETUL!” sahut Gilang dan Handi kompak. Merka kemudian memebagi tugas untuk mencari dedaunan, ranting-ranting pohon dan sesuatu yang bisa untuk digunakan untuk mengganjal perut.
Setelah semua terkumpul mereka membuat alas untuk tidur dan selimut dari dedaunan yang agak lebar.
Hari telah grlap rasa dingin merasuki tubuh, mereka membuat api unggun sebagai penghangat dan penerangan. “Teman-teman aku lapar, apa kalian tidak merasakannya ?” keluh Handi. “Iya sih, bukankah Gilang tadi sudah mencari sesuatu untuk bisa kita makan ?” tanya Ficky. “Ya aku menemukan talas yang hidup liar di hutan ini, dan juga beberapa buah yang tak tahu asal-usulnya tetapi kelihatannya bisa di makan,” jawab Gilang.
Merek membakar talas yang di dapat Gilang, sambil menunggu talas mereka matang, mereka bernyanyi menghibur diri, melepas beban fikiran.
“Eh teman-teman kalian dengar sesuatu ngaak ?” Ficky tiba-tiba bertanya. “Fick, kamu bicara apa sih ? Ngaak ada suara apa-apa kecuali jangkrik,” jawab Handi. “Enggak Han, aku emang dengar sesuatu,” sahut Ficky. “Hey, kalian berdua, udah jangan di terusin lagi, udah merinding nih...” sahut Gilang. “Mereka duduk berdempetan sambil berdoa.
Malam semakin larut juga dalam ketakutannya. Mereka tak bisa tidur. “Fick gak da apa-apakan,” tanya Gilang. “Aku juga gak tau,” Jawab Ficky. “Oh ya, aku juga bawa senter waktu penjelajahan tadi,” kata Handi. “Apapun yang terjadi simpan saja sentermu,” sahut Gilang. “Kenapa lang?” tanya Handi. “Nanti kalau kamu nyalain aku tahu semuanya, kalau ada hantu gimana?” jawab Gilang. “Udah gak ada apa-apa,” sahut Ficky.
“Fick...Fick... aku ngantu nih, aku mau tidur...” kata Handi. Handi tidur di sebelah Ficky. Tak beberapa lama kemudian Ficky dan Gilang menyusul. Mereka seakan melupakan semua kejadian yang di alami sebelum mereka tidur. Mereka tertidur sangat pulas, beruntung tak ada seorang pun darintiga sekawan itu yang bangun di tengah malam.
Hari beranjak pagi, suasana terang benderang. Sambil mengucek-ngucek matanya Handi bangun dari tidur lelapnya. Handi kemudian membangunkan kedua temannya yang masih pulas. “Teman-teman ayo bangun, udah pagi apa kalian gak ingin pulang ?” tanya Handi. “Ehmm...iyach...” jawab Ficcky dan Gilang.
Mereka kembali bangun dan menyusun kekuatan untuk kembali ke perkemahan. Mereka menyusuri jalan yang mereka lewati kemarin. Mereka berhenti sebentar di sungai untuk mencuci muka agar lebih segar.
Mereka terus berjalan menuruni jalan terjal dan sempit. “Lang, kamu kemarin yang nyuruh kita lewat sini. “Kamu yang mimpin yach,” Suruh ficky. “Ngaak mau Fick, mending aku bantu kamu dari belakang” Jawab Gilang. “Baiklah, kalau maumu begitu,” kata Ficky tanpa komentar.
Setengah perjalan yang mereka lalui. Tiba-tiba mereka mendengar suara seperti ada yang memanggil-manggil mereka. “Ech...aku denger kaya ada yang manggil-manggil namaku dech ?” kata Handi. “Iya Han...” ujar Gilang. “HANDIII...”, “GILANGGG...”, “FICKYYY...”. Terdengar suara dari jauh yang memanggil nama mereka dengan bersahut-sahutan. Ficky kemudian menjawab panggilan itu “Teman-teman...kalian ada dimana...? Aku, Handi, dan Gilang ada di tengah-tengah hutan,”. Dan tiba-tiba....”Hey itu mereka!” kata seorang perempuan bersama dengan rombongannya menunjuk ke arah Ficky.Kemudian anak perempuan itu memanggil Kak Rina, pembina mereka dan segera menghampiri Ficky.
“Akhirnya, kalian ketemu juga...semalam kami mencari kalian,” kata Kak Rina. “Maaf Kak Rina, ini salahku,” ujar Gilang. “Sudahlah Gilang yang penting kamu, Handi, dan Ficky udah ketemu,”.
Mereka kembali ke perkemahan dengan senang dan lega. Dan pengalaman ini menjadi kenangan yang tak pernah terlupakan bagi Ficky, Handi, dan Gilang.
The End
DARI SAHABAT JADI CINTA
KARYA : BERLIANA PUTRI APRILIANI
“Jessy ayoo makan, udah di tungguin sama papa dan kakak”. “Iya ma...nanti aja aku nyusul”. Aku masih bingung mencari BB-ku. “Duuuhh...kemana sih BB-ku perasaan kemarin disini?”. Aku sudah mengelilingi kamarku tapi BB-nya tetap nggak ketemu, aku akhirnya menyerah, aku turun untuk makan. “Kamu ngapain di atas lama bgt, nyetrika baju?” kata mama. “Hahahaha...” kakak meledek “Ogah... masih ada Bik Nem ngapain nyetrika baju, Kak ketemu BB-ku gag?”. “Emmmh... kayaknya nggak deh, Jess?”. “Rama, kamu jawab yang bener, liat muka adikmu asem banget”. “Bener pa...Emmh bentar...” Ia berfikir sambil menghabiskan sarapannya, setelah ia menelan makanannya. “Oh iya... BB kamu aku pinjam Jess !”. “Tuhkan, apa papa bilang, sudah lanjutin dulu sarapannya !”
Selesai sarapan aku segera berangkat ke sekolah. “hei Jess BB kamu ketinggalan !!”. “Biarin aja kak”. Aku segera menggenjot sepeda ku. Ya, aku ke sekolah hanya naik sepeda karena jarak sekolah dengan rumah tak terlalu jauh.
Bel sudah berbunyi, aku dan teman-teman segera menuju ke lapangan karena waktunya pelajaran Olah Raga. “Jess, kaki kamu udah gakpapa?”. “Udah enakan Ris, kalau di pakek lari udah bisa”. “Oh...ya sukurlah, soalnya materi hari ini basket”. Pak Bimo sudah berdiri di tengah lapangan, kami segera berbaris dan melakukan pemanasan. “Prittt... pemanasan cukup sekarang kalian silakan bermain dan regu sesuai dengan yang ada di barisan sekarang”. “Loh pak, nggak bisa diganti ?” tanya Vicko. “Nggak bisa, emang kenapa? Nggak seregu sama pacar kamu ya?” Trman-teman tertawa karena yang di anggap Pak Bimo adalah sahabat kecilnya yang kemana-mana selalu berdua seperti sepasang kekasih. “Nah bapakkan sudah tau saya nggak seregu sama Obi !”. “Nggak seregu aja udah kangen apalagi kalau udah lulus ?” aku menyahutinya. “Ya sudah-sudah, benar Jessy, sudah yang penting sekarang kalian main. “Yak. Siap prittt....”. Kami bermain basket sampai jam pelajaran habis. “Kamu nggak beli minum ?”. “Aku nitip kamu aja deh Fan, aku capek”. “Mau minum apa ?”. “Air aja deh”. “OK”.
Aku duduk di bawah pohon sambil terengah-engah rasanya nafasku tinggal separuh. Tiba-tiba seseorang duduk di sampingku. “Astajim...” aku kaget kalau yang duduk di sampingku ini adalah orang yang tak ku kenal. “Kamu kenapa ? Nggak boleh ya aku duduk di sini ?”. “Bukan gitu, aku cuma kaget aja. Kamu anak baru di sini ?”. “Iya baru 3 hari yang lalu aku pindah ke sini”. “Ohh... makannya aku nggak pernah liat kamu”. “Iya kenalin namaku Kevin, nama kamu siapa ?”. “Aku Jessy”. “Jess sini, nih minum kamu !”. “Ehh bentar ya”. “Iya fan aku ke sana” aku segera berlari tapi apesnya kakiku kesandung dan bruuuk... aku terjatuh, lututku terluka. “Ehh...eh eh... Jess, kamu nggak papa”. “Nggak papa tenang aja”. Kevin segera menolongku dan membantuku berjalan “Makanya hati-hati kalau lari”. “Iya.... makasih ya”. “OK, sama-sama”. Fanda berlari menghampiriku “Jessy, kamu kenal ya sama anak baru itu ? Ya ampun cakep banget baek lagi”. “Biasa aja deh ?? Kayaknya kamu udah kesemsem ama anak itu ya ?”. “Iya nich... siapa Jess namanya ?”. “Namanya Kevin”. “Wah namanya bagus banget...”. “Iya bagus, sini minumanku”. Aku segera meminum minumanku minuman dan aku membeli plaster untuk lututku.
Mungkin hari ini adalah hari sialku. Dari pagi sampai sekarang ada aja cobaanya. Untung aja aku ini orang sabar, hehehe.....
Suasana kelasku semakin siang semakin ramai, apalagi sekarang jam kosong, teman-teman pada ngrumpi sama gengnya masing-masing.Aku Juga begitu.
“Eh Ris, Jessy tadi abiez di ajak kenalan sama anak baru itu loh !!” Fand a pamer pada Risma. “Ya biarin aja lah, Jessy kan cantik wajar kala di ajak kenalan ama idaman cewek sini” jawab Risma. “Nah betul itu” Valia ikut ngrumpi. “Emang kamu ngiri ama Jessy” sahut Risma. “Yeee Fanda kamu gimana sih ?! sesama temen itu nggak boleh ngiri” jawab Valia. “Kali aja Fan gue di kenalin ama Jessy” jawab Fanda. “Berharap banget loe Fan” sahut Valia. “Valia yang cantik... gag papa lah berharap dikit-dikit” jawab Fanda. “Tenang aja Fan ntar kamu aku kenalin” Aku angkat bicara.
Bel berbunyi empat kali, bertanda waktunya pulang. Aku segera menuju tempat parkir sepeda dan segera pulang. Di tengah perjalanan aku ketemu sama Kevin, ya setidaknya dia memang sedikit agag kep dari teman-temannya. “Guys, pulang dulu yach !” Kevin segera menyusul Jessy. “Hay Jess, udah nggak papa kan lututnya ?”. “Ehmm,oh udah,udah. Udah baikkan kok”. “Kamu naik sepeda juga ?” tanya Kevin. “Iya emang kenapa ?”. “Nggak cuma nanya”. “lah kamu sendiri juga naik sepeda, memangnya rumah kamu dekat ?” tanyaku pada Kevin. “Iya lah kalau gag dekat mana mau aku naik sepeda” jawab Kevin. “Emang rumah kamu mana ?”. “Rumahku di perumahan Indah Sekali Blog.A”. “Oh... brarty rumah kita dekat dong”. “Emangnya rumah kamu dimana ?”. “Rumahku juga di Perumahan Indah Sekali tapi rumahku di Blog.A”. “Boleh nggak aku maen ke rumah kamu ?” tanya Kevin padaku. “Boleh aja gag ada larangan koq” jawabku.
Sejak saat itu Kevin sering maen ke rumah ku. Nggak peduli ngerjain PR bareng atau cuma sekedar main. Fanda sekarang juga ikut-ikutan, jelas dia kan naksir berat sama Kevin. Selama itu aku juga merasakan sesuatu di dalam hatiku. Tetapi aku gag bakal hiraukan perasaan itu, nggak ada gunanya juga.
“Risma, Valia, Jessy...,hay semuanya....” sapa Fanda.
“Kamu kenapa Fan ? kesambet setan taman ?” tanya Valia.
“Nggak cuma seneng aja Val” jawab Fanda.
“Emang ada apa ?” tanya Risma.
“Kemarin tuch, aku berhasil minta No. HP-nya Kevin” jawabku.
“Yang bener Jess” tanya Risma.
“Kapan sich Ris aku bohong” jawabku.
“Kalau Jessy bohong, kasihan tuh nasib Fanda gag jadi dapet Nomor HP-nya orang yang paling ganteng sekompleks. Ha...ha...ha...” Ejek Valia.
“Valia apa-apaan sich” sahut Fanda.
Begitulah suasana saat kumpul-kumpul bareng temen-temen.
“Jess tumben temen kamu gag maen kesini ?” tanya Kak Rama. “Mana aku tahu kak. Emang kenapa ?” jawabku. “Enggak ya tumben aja. Dia kan juga lumayan” Kata Kak Rama. “Lumayan apa ?” tanyaku. “Lumayan pelit kayak kamu. Dia kan lumayan cakep kamu gak naksir ama dia ?” gurau Kak Rama. “Ogahh...” sahutku. “Ihhh sombong. Jess ikut Kakak yuk... !” ajak Kak Rama. “kemana...?” tanyaku. “Ke taman” jawab Kak Rama. “Ngapaen” tanyaku. “Ya jalan-jalan aja cuci mata” jawab Kak Rama. “Tapi entar beli'in pulsa ama bakso ya” tawarku. “Beres itu bisa di atur” jawab Kak Rama.
Di perjalanan aku bertemu seseorang. Dari kejauhan sepertinya aku tak asing dengan wajah itu. Dia sepertinya Kevin. Ya dia ternyata memang Kevin dan siapa cewek itu ? Sepertinya mereka sangat dekat. Entah kenapa hatiku rasanya berdebar saat aku melihat Kevin bergandeng tangan sama cewek itu. Saat aku lewat di sampingmya kaca mobilku, kututup rapat. Aku tak ingin melihat semua itu. Tapi, kenapa aku harus begini ?. Dia hanyalah temanku. Ya ampun Jessy ngapain sich mikirin Kevin biarin dia ama tu cewek, lagian itukan juga hak-haknya dia juga.
Sampai di taman aku masih memikirkan kejadian itu. Jessy sebenernya kamu kenapa sich, pusing mikirin Kevin. “Jess kamu kenapa dari tadi diem mulu biasanya kamu tuh cerewet. Kesambet apa ?” tanya Kak Rama. “Enggak, nggak kenapa-napa kok” jawabku. “Kamu ada masalah ?” tanya Kak Rama. “Nggak orang kayak aku gini punya masalah, paling masalah penting yang gak penting” jawabku. “Udahlah jujur saja sama kakakmu yang baik hati nie” sahut Kak Rama. Aku hanya diam dan malas untuk bicara. “Jess, bentar ya, aku kesana dulu”. “Echh...iya jangan lama-lama Kak”. Kakak pergi, aku duduk sendiri suntuk banget. Tiba-tiba Handphoneku berbunyi ada sms dari Fanda :
“Jess kamu kemana ? Sama Kevin ya ? Ku tadi habiz ke rumah kamu tapi kata mama kamu, kamunya lagi keluar”
Nih anak khawatir banget sich, mana mungkin aku pergi sama Kevin. Aku membalas sms dari Fanda :
“Ogah banget pergi sama Kevin ?? ya aku emang keluar tapi aku sama Kakakku. Gag usah khawatir deh kalau aku keluar sama Kevin.”
Aku emang nggak keluar sama Kevin, tapi aku bertemu dia lagi jalan sama ceweknya. Tiba-tiba kakak datang dengan du aes krim yang ada di tangannya. “Nih buat kamu biar gag sedih, jelek tau. Masak kakaknya keren n' cakep kayak gini, adiknya kayak nggak makan seminggu” ejek kakak. “Tumben nggak pelit” jawabku. “Jessy adikku sayang, semua orang nggak ada yang bilang kalau seorang Rama itu pelit, kecuali kamu” jawab Kak Rama. “Iya deh kakak ku paling cakep dunia akhirat” pujiku. “Udah cepet makan tuh es krimnya keburu meleleh tuh”.
Aku merasa lebih baik daripada beberapa saat yang lalu. Entah karena es krim atau karena kakak. Dia selalu menghiburku saat aku sedang sedih. Dia tahu apa yang sedang aku butuhkan saat aku seperti ini. Aku kagum dengannya, tak pernah mengeluh saat membantuku.
“Lihat makan es krim gini aja kayak anak TK, belepotan. Sini aku bersihin, untung aku bawa tissu” tawar Kak Rama.
“Udah aku saja, kalau kakak yang bersihin ntar iseng” jawabku.
“Ya udah nie tissunya” kata Kak Rama.
Aku kemudian berjalan-jalan di taman seperti sepasang kekasih. Padahal yang di sampingku ini kakak ku yang paling aku sayang. Kemudian kami membeli gelembung sambun, balon. “Jess, mau coklat ?” tawar Kak Rama. “Boleh juga” jawabku. Aku terasa telah sembuh kembali. Setelah itu kami kembali pulang karena sudah sore.
“Jess, cepat turun. Kakak dan Papa udah nungguin kamu nih untuk sarapan” perintah Mama. “Ya bentar ma” jawabku. Setiap pagi selalu saja begini, serasa rumah ini kalau pagi di penuhi teriakan Mama yang menyuruh aku untuk bangun, untuk sarapan dan yang lain-lain.
“Hay Jess bareng ya ke sekolah” tawar Kevin. Tiba-tiba Kevin muncul di sampingku. “Iya deh boleh” jawabku.
“Jess, kayaknya kemarin aku melihat kamu di taman deh”
“Kemarin sore ?”
“Iya”
“Oh iya memang kemarin aku ke taman”.
Huuhh nie anak bahas yang kemarin lagi, nggak tau kalau aku tuh gerah liat kamu (fikirku).
“Sama cowok kamu ?”
“Bukan, itukan kakak aku”
“Kenapa ?”
“Enggak, nggak ngapa-ngapa”
Sampai di sekolah aku masih berjalan bersama Kevin. Dan aku sepertinya melihat cewek yang kemarin sama Kevin. Dia menatatapku dengan sinis, dua teman di sampingnya juga begitu. Mereka sepertinya sedang berbisik sesuatu. Aku tetap berjalan tanpa menghiraukan mereka. Aku kan nggak salah toh. Kevin duluan yang mengajakku.
“Jess, ikut ke kantin yuk” ajak Valia.
“Nggak Val, emang kenapa ?” tanyaku.
“Buang air. Ya beli makanan lah”.
“Enggak aku di sini aja”.
“Ntar nyesel loch”.
“Ehmm... gimana yach ? Ya deh, kali aja ntar ketemu Risma ama Fanda”.
“Gitu dong”.
Aku ikut Valia ke kantin tapi kelihatannya full banget. Aku memutuskan untuk menunggunya di bawahh pohon sambil duduk. Aku teringat kejadian beberapa waktu yang lalu. Dimana aku bersama dengan Kevin.
“Nggak papa kan aku duduk di sini” suara itu mengejutkanku dan sepertinya itu suara Kevin. Saat aku tengok.... ternyata benar.
“Nggak papa, duduk aja” jawabku.
“Kamu seneng banget duduk di sini !”.
“Habis mau ke kantin, kantinnya rame banget”.
“Ohhh.... sendirian ?”
“Tadi sama Valia, tapi Valianya pergi ke kantin”.
Saat aku ngobrol sama Kevin aku melihat cewek yang kemarin lagi. Dari tadi ngawasin aja, kayak detektif. Saat aku melihat Valia aku langsung meninggalkan Kevin.
“Udah dulu ya Valia dah balik niech” .
“Ok ntar pulang sekolah bareng lagi ya” jawab Kevin.
“Beressss”.
Rasanya senet banget ngobrol sama Kevin walaupun cuma sebentar. Tapi tetep aja ia cuma teman aku. Aku kembali ke tempat dudukku. Fanda, Risma dan Valia duduk di belakangku sambil ngosip sana sini. Aku membuka akun facebook ku. Tiba-tiba “Kamu yang namanya Jessy ya....?” bentak seorag cewek yang tak ku kenal. “Iya, kenapa ?” jawabku. “Gebrrak”. Fanda, Risma, dan Valia kaget setengah mati. Mereka langsung diam dan ikut tegang.
“Eh kamu tuh jadi cewek ganjen banget ya,ngedeketin cowok orang sembarangan”. Dengan santai aku menjawabnya dan aku masih tetap bermain dengan facebook ku,mataku hanya tertuju pada layar laptop mumupung ada orang korea online.
“Emang cowok kamu siapa?”
“Masih nanya lagi”
“Jelaaslah orang kenal kamu aja nggak,apalagi cowok kamu?”
“Loe jadi orang nyebelin banget ya,jelas-jelas loe tadi berangkat sekolah bareng ama Kevin terus barusan duduk bareng ama dia, udah gitu Kevin sering banget ke rumah loe”. Aku masih tetap bermain facebook ku.
“Oh... maaf ya,nggak usah salah sangka...” belum selesai bicara aku sudah terpotong.
“udah deh nggak usah deketin Kevin lagi,Kevin tuh punya gue”
“siapa nanya?” aku berdiri melihat suasana temen-temen tapi ternyata nggak ada orang. Dan sepertinya cewek Kevin, udah emosi berat. Tangannya udah melayang hampir mendarat di pipiku. Dan “hap” “kok nggak sakit?” “Kevin”. Kami berdua kaget kalau ada Kevin.
“Morita ! Apa-apaan sih kamu? Marah-marah nggak jelas emang apa salah Jessy?”
“Deketin kamu”
“Eh Jessy tuh temen aku,nggak usah segitunya kali,nggak boleh ya aku deket sama Jessy?”. Aku hanya bisa diam melihat mereka.
“Nggak! Kamu tuh milik aku!”
“Oh... gitu ya.. jadi aku nggak boleh berteman sama cewek?”
“Nggak ! Kamu hanya boleh sama aku”
“Ya ampun cewek apaan sih kamu ini? Dengerin ya.. gue nggak pernah ngelarang loe berteman ama cowok. Dari pada kita kayak gini mending LOE GUE END”
“Apa??? loe mutusin gue??”
“Iya, sebenernya gua nggak pernah suka ama loe”
“Kevin!” aku kaget saat mendengarkan kata-kata Kevin.
“Gue jadian ama loe karena dipaksa ama temen loe. Gue cuma suka ama satu cewek, tapi bukan loe Mor!”. Kevin meninggalkan kelas ku.
“Kevin... Kevin tunggu, Kevin gue nggak mau putus ama loe”
“Hemmm... dia sendiri yang ganjen nuduh orang lain ?” pikir ku.
Ya ampun, baru kali ini aku di ikut-ikutin masalah orang lain.
“Jess,kamu nggak papa kan?” Risma terlihat khawatir banget.
“Tenang Ris, nggak papa kok”
“Tuh anak juga gitu. Perasaan Jessy diem aja yang ngjakin Kevin?”
“Iya Fan, emang siapa tuh tadi mpok nori? ”
“Morita,Val,,,”
“Oh ya, makasih Ris. Yah Morita terlalu deh”
“ Udah lah... nggak usah bahas dia, dosa kalian tambah loh! “
“ Upss..... Ok boss “ jawab mereka serentak.
Aku pulang dengan membawa pengalaman unik. Orang yang aku suka dia sudah punya pacar, tapi suka main sama aku, terus ceweknya nuduh aku yang deketin cowoknya. Ya.... gitu juga boleh. Aku menuntun sepedaku ke gerbang dan kemudian menaikinya.
Baru sebentar sudah ada yang memanggilku.
“ Jessy... tunggu...!” Aku berhenti.
“Ayo Jess,aku mau bareng. Jess maafin aku ya, gara-gara aku kamu dilabrak ama nenek sihir”
“Ya ampun, biasa aja kali”
“Jess, gue minta maaf beneran. Kamu nggak salah”
“Kevin, jangan salahin dirimu sendiri. Lagipula aku udah maafin semuanya.”
“ Makasih banget Jess...! aku bebas! ”
“ bebas ? Apanya ? “
“ udah kamu maafin, udah gitu aku udah putus ama nenek sihir.”
“Seneng banget kayaknya”
“Iya lah, aku bisa deketin cewek impian aku”
“Siapa?” Aku penasaran banget.
“KAMU”
“Siapa? Aku?” pasti ni anak bercanda.
“Iya beneran. Sebenernya aku tuh suka ama kamu tapi gara-gara Bino, temennya Morita ngebet minta aku ama dia jadian. Padahal aku nggak suka banget ama dia. Jadi aku gagal mau nembak kamu. Dan sekarang kamu... mau nggak.. jadi..... cewek aku?”
MG.. aku kayak terbang... aku nggak nyangka banget hal ini bakal terjadi. Apakah aku sedang bermimpi? Tidak, aku tidak bermimpi....
THE END